Diberdayakan oleh Blogger.
RSS

Ciri-ciri
Tubuh pipih dosoventral dan tidak bersegmen. Umumnya, golongan cacing pipih hidup di sungai, danau, laut, atau sebagai parasit di dalam tubuh organisme lain.[2]. Cacing golongan ini sangat sensitif terhadap cahaya.[2] Beberapa contoh Platyhelminthes adalah Planaria yang sering ditemukan di balik batuan (panjang 2-3 cm), Bipalium yang hidup di balik lumut lembap (panjang mencapai 60 cm), Clonorchis sinensis, cacing hati, dan cacing pita.[2]
[sunting]Struktur dan fungsi tubuh
Platyhelminthes merupakan cacing yang tergolong triploblastik aselomata karena memiliki 3 lapisan embrional yang terdiri dari ektoderma, endoderma, dan mesoderma. [3] Namun, mesoderma cacing ini tidak mengalami spesialisasi sehingga sel-selnya tetap seragam dan tidak membentuk sel khusus.[3]
[sunting]Sistem pencernaan
Sistem pencernaan cacing pipih disebut sistem gastrovaskuler, dimana peredaran makanan tidak melalui darah tetapi oleh usus.[3] Sistem pencernaan cacing pipih dimulai dari mulut, faring, dan dilanjutkan ke kerongkongan.[3]. Di belakang kerongkongan ini terdapat usus yang memiliki cabang ke seluruh tubuh.[3] Dengan demikian, selain mencerna makanan, usus juga mengedarkan makanan ke seluruh tubuh.[3]
Selain itu, cacing pipih juga melakukan pembuangan sisa makanan melalui mulut karena tidak memiliki anus.[3] Cacing pipih tidak memiliki sistem transpor karena makanannya diedarkan melalui sistem gastrovaskuler.[3] Sementara itu, gas O2 dan CO2 dikeluarkan dari tubuhnya melalui proses difusi.[3]
[sunting]Sistem syaraf
Ada beberapa macam sistem syaraf pada cacing pipih[3]:
§  Sistem syaraf tangga tali merupakan sistem syaraf yang paling sederhana. [3]Pada sistem tersebut, pusat susunan saraf yang disebut sebagai ganglion otak terdapat di bagian kepala dan berjumlah sepasang. [3] Dari kedua ganglion otak tersebut keluar tali saraf sisi yang memanjang di bagian kiri dan kanan tubuh yang dihubungkan dengan serabut saraf melintang. [3]
§  Pada cacing pipih yang lebih tinggi tingkatannya, sistem saraf dapat tersusun dari sel saraf (neuron) yang dibedakan menjadi sel saraf sensori (sel pembawa sinyal dari indera ke otak), sel saraf motor (sel pembawa dari otak ke efektor), dan sel asosiasi (perantara).[3]
[sunting]Indera
Beberapa jenis cacing pipih memiliki sistem penginderaan berupa oseli, yaitu bintik mata yang mengandung pigmen peka terhadap cahaya. [3] Bintik mata tersebut biasanya berjumlah sepasang dan terdapat di bagian anterior (kepala). [3] Seluruh cacing pipih memiliki indra meraba dan sel kemoresptor di seluruh tubuhnya.[4] Beberapa spesies juga memiliki indra tambahan berupa aurikula (telinga), statosista (pegatur keseimbangan), dan reoreseptor (organ untuk mengetahui arah aliran sungai). [3] Umumnya, cacing pipih memiliki sistem osmoregulasi yang disebut protonefridia. [5] Sistem ini terdiri dari saluran berpembeluh yang berakhir di sel api.[4] Lubang pengeluaran cairan yang dimilikinya disebut protonefridiofor yang berjumlah sepasang atau lebih. [5] Sedangkan, sisa metabolismetubuhnya dikeluarkan secara difusi melalui dinding sel. [5]
[sunting]Reproduksi
Cacing pipih dapat bereproduksi secara aseksual dengan membelah diri dan secara seksual dengan perkawinan silang, walaupun hewan ini tergolong hermafrodit[6].
[sunting]Klasifikasi
Platyhelminthes dapat dibedakan menjadi 3 kelas, yaitu Turbellaria (cacing bulu getar), Trematoda (cacing hisap), Monogenea, dan Cestoda (cacing pita)[7].
§  Kelas Turbellaria merupakan cacing pipih yang menggunakan bulu getar sebagai alat geraknya, contohnya adalah Planaria. [7]
§  Kelas Trematoda memiliki alat hisap yang dilengkapi dengan kait untuk melekatkan diri pada inangnya karena golongan ini hidup sebagai parasit pada manusia dan hewan. [7] Beberapa contohTrematoda adalah Fasciola (cacing hati), Clonorchis, dan Schistosoma[7]
§  Kelas Cestoda memiliki kulit yang dilapisi kitin sehingga tidak tercemar oleh enzim di usus inang. [7] Cacing ini merupakan parasit pada hewan, contohnya adalah Taenia solium dan T. saginata[7]Spesies ini menggunakan skoleks untuk menempel pada usus inang. Taenia bereproduksi dengan menggunakan telur yang telah dibuahi dan di dalamnya terkandung larva yang disebut onkosfer[7]
[sunting]Siklus Hidup Platyhelminthes
[sunting]Fasciola hepatica
Telur (bersama feces) -> larva bersilia (mirasidium) -> siput air (lymnea auricularis atau lymnea javanica) -> sporosista -> redia -> serkaria -> keluar dari tubuh siput -> menempel pada rumput / tanaman air -> membentuk kista (metaserkaria) -> dimakan domba(hepatica)/sapi(gigantica) -> usus -> hati -> sampai dewasa
[sunting]Chlornosis sinensis
Telur (bersama feces) -> mirasidium -> siput air -> sporosista -> menghasilkan redia -> menghasilkan serkaria -> keluar dari tubuh siput -> ikan air tawar (menempel di ototnya) -> membentuk kista (metaserkaria) -> ikan dimakan -> saluran pencernaan -> hati -> sampai dewasa
[sunting]Schistosoma javanicum
Telur (bersama feces) -> mirasidium -> siput air -> sporosista -> menghasilkan redia -> menghasilkan serkaria -> keluar dari tubuh siput -> menembus kulit manusia -> pembuluh darah vena
[sunting]Taenia saginata / Taenia Solium
Proglotid (bersama feces) -> mencemari makanan babi -> babi -> usus babi (telur menetas jadi hexacan) -> aliran darah -> otot/daging (sistiserkus) -> manusia -> usus manusia (sistiserkus pecah -> skolex menempel di dinding usus) -> sampai dewasa di manusia -> keluar bersama feces [8](Inggris)[3]
[sunting]Penyakit yang disebabkan Platyhelminthes
http://upload.wikimedia.org/wikipedia/commons/thumb/5/5f/Schistosoma_mansoni2.jpg/220px-Schistosoma_mansoni2.jpg
http://bits.wikimedia.org/skins-1.19/common/images/magnify-clip.png
Schistosoma mansoni, penyebabSchistosoma pada manusia.
Beberapa spesies Platyhelminthes dapat menimbulkan penyakit pada manusia dan hewan. [8] Salah satu diantaranya adalah genus Schistosoma yang dapat menyebabkan skistosomiasis, penyakit parasit yang ditularkan melalui siput air tawar pada manusia.[8] Apabila cacing tersebut berkembang di tubuh manusia, dapat terjadi kerusakan jaringan dan organ seperti kandung kemih, ureter, hati, limpa, dan ginjal manusia. [8](Inggris)[3] Kerusakan tersebut disebabkan perkembanganbiakan cacing Schistosoma di dalam tubuh hingga menyebabkan reaksi imunitas. Penyakit ini merupakan salah satu penyakitendemik di Indonesia.[3] [8]. Contoh lainnya adalah Clonorchis sinensis yang menyebabkan infeksi cacing hati pada manusia dan hewan mamalia lainnya[9]. Spesies ini dapat menghisap darah manusia[9]. Pada hewan, infeksi cacing pipih juga dapat ditemukan, misalnya Scutariella didactyla yang menyerang udang jenis Trogocaris dengan cara menghisap cairan tubuh udang tersebut[10].
Search Wikispecies
Wikispecies mempunyai informasi mengenai
[sunting]Referensi
1.     ^ (Inggris)Torsten H. Struck, Frauke Fisse (2008). "Phylogenetic position of Nemertea derived from phylogenomic data"Molecular Biology and Evolution.doi:10.1093/molbev/msn019.
2.     ^ a b c (Inggris)Marty Snyderman, Clay Wiseman (1996). Guide to marine life: Caribbean, Bahamas, Florida. Aqua Quest Publications, Inc.. ISBN 978-1-881652-06-9.Hal.83-87
3.     ^ a b c d e f g h i j k l m n o p q r s t (Inggris)Wojciech Pisula (2009). Curiosity and Information Seeking in Animal and Human Behavior. Brown Walker Press. ISBN 978-1-59942-498-9.Hal.37-41
4.     ^ a b (Inggris)Purdue University North Central, "Platyhelminthes ", 5 April 2010.
5.     ^ a b c (Inggris) Cecie Starr, Christine A. Evers, Lisa Starr (2007). Biology: Concepts and Applications Without Physiology. Brooks Cole. ISBN 978-0-495-38150-1.
6.     ^ (Inggris)Whittington ID. (Juni 1997). Reproduction and host-location among the parasitic platyhelminthes.27. pp. 705-14.
7.     ^ a b c d e f g (Inggris)Greg Lewbart (2006). Invertebrate medicine. Wiley-Blackwell. ISBN 978-0-8138-1844-3.Hal.53-55
8.     ^ a b c d e (Inggris)Garjito TA, Sudomo M, Abdullah, Dahlan M, Nurwidayati A. (September 2008). "Schistosomiasis in Indonesia: past and present."Parasitol Int. 57 (3): 277-80.
9.     ^ a b (Inggris)T. Suna, S.T. Choua and J.B. Gibson (Juni 1968). "Route of entry of Clonorchis sinensis to the mammalian liverstar". Experimental Parasitology 22 (3): 346-351.
10.   ^ (Inggris)Joan Bowman Williams (Januari 1986). "Phylogenetic relationships of the Temnocephaloidea (Platyhelminthes)". Hydrobiologia 132doi:10.1007/BF00046229

Filum Platyhelminthes merupakan kelompok cacing yang memiliki bentuk tubuh pipih.
Filum ini dianggap sebagai hewan triploblastik yang paling sederhana. Dianggap demikian karena filum ini tubuhnya terdiri atas 3 lapisan lembaga tetapi tidak memiliki rongga selom.

Ciri-ciri 
Hewan-hewan yang tergolong dalam filum platyhelminthes ini menunjukkan adanya ciri-ciri sebagai berikut :
• triploblastik, tubuh terdiri dari 3 lapisan ( ektoderm , mesoderm dan endoderm tanpa rongga tubuh / selom
• tubuh berbentuk pipih
• alat ekskresi berupa flame cell / sel api



FILUM PLATYHELMINTHES ( pipih )
Reproduksi :
Secara umum filum platyhelminthes melakukan reproduksi secara aseksual maupun secara seksual.
• aseksual , dengan fragmentasi dan regenerasi bagian tubuh, seperti ditunjukkan oleh cacing Planaria yang mempunyai kemampuan regenerasi yang sangat besar.
• seksual : dengan peleburan gamet jantan ( spermatozoid ) dan gamet betina ( ovum ). Telur yang telah dibuahi akan menjadi bagian dari penyebaran cacing ini.

Klasifikasi 
Untuk mempermudah dalam melakukan kajian, filum Platyhelminthes dikelompokkan ke dalam 3 kelas , yaitu : kelas Turbellaria, Kelas Cestoda dan kelas Trematoda.
Adapun, ciri-ciri dan karakteristik masing-masing kelas adalah sebagai berikut.
1. Kelas Turbellaria:
Dengan karakteristik : hidup Bebas, di air tawar, tidak alat pengait
Contoh : Planaria ( hidup bebas di perairan tawar, terutama yang masih alami,
memiliki daya regenerasi yang tinggi )
2. Kelas Trematoda :
Dengan karakteristik : hidup Parasit, dlm tubuh organisme lain, alat pengait
disekitar mulut, Mempunyai inang tetap(sapi /manusia) dan inang perantara (
siput / ikan )
Contoh : Fasciola hepatica / cacing hati ( parasit pada hewan ternak )
Clonorchis sinensis , parasit pada manusia
3. Kelas Cestoda :
Dengan karakteristik : hisup Parasit dalam tubuh organisme lain,alat pengait Di
kepala/skoleks, memiliki kait/ rostelum, Mempunyai inang tetap( manusia) dan
inang perantara ( babi / sapi ),Tubuh terdiri dari rangkaian segmen /
proglotid
Contoh : -Taenia solium/ cacing pita babi, parasit pada manusia dg inang
perantara babi
-Taenia saginata / cacing pita sapi


Peranan 
Dalam kehidupan sehari-hari diketahui bahwa anggota filum platyhelminthes sebagian besar merugikan manusia karena bersifat parasit, baik di dalam tubuh manusia seperti : cacing pita ( Taenia saginataTaenia solium ) maupun hewan seperti cacing hati ( Fasciola hepatica ) .
Sementara, itu anggota platyhelminthes yang berguna belum diketahui secara pasti. Hanya saja jenis Planaria banyak dimanfaatkan manusia dalam dunia penelitian maupun pendidikan karena mempunyai kemampuan regenerasi tang tinggi.

Contoh Daur hidup 
• Taenia solium ( cacing pita babi ) :
.>> 1.dewasa dalam tubuh manusia >> 2.proglotid mengandung telur ( yg telah dibuahi )>> 3.tubuh babi >> 4.larva onkosfer/heksakant >>5.sisteserkus dalam daging/otot babi >> 6.dimakan manusia >>kembali ke 1.

• Fasciola hepatica ( cacing hati ) :
>> 1.dewasa dalam hati sapi >> 2. telur ( yg telah dibuahi, keluar bersama feces)>> 3.mirasidium >> 4.masuk ke dalam tubuh siput ( Lymnea ) >>5.sporokist >> 6.redia >>7. serkaria >>8.Metaserkaria/menempel pada rumput>>9.termakan sapi>> kembali ke nomor 1…dstnya.
FILUM PLATYHELMINTHES ( pipih )
Ciri-ciri Platyhelminthes:
  1. Memiliki tiga lapisan tubuh (triploblastik)
  2. Tidak memiliki rongga tubuh (aselomata)
  3. Simetri bilateral
  4. Memiliki sistem syaraf (tangga tali) berupa Ganglion anterior
  5. Sistem pencernaan satu lubang
  6. Tidak memiliki sitem sirkulasi, respirasi, dan ekskresi
  7. Hidup di air tawar/laut, tempat lembab, atau di dalam tubuh hewan lain.
Kita akan membahas lebih lanjut tentang ciri ciri Platyhelminthes.
Bentuk tubuh

Tubuh Platyhelminthes simetri bilateral yang berbentuk pipih. Ukuran platyhelmintes sangat beragam, mulai dari yang hampir mikroskopis sampai yang panjangnya 20 meter. Bayangkan saja cacing sepanjang 20 m hidup di dalam tubuh kita.. bagaimana perasaan sobat ??
Struktur tubuh

Seperti yang sudah ditulis di atas, Filum Platyhelminthes adalah hewan triploblastik yang terdiri dari ektoderm, mesoderm, dan endoderm. Platyhelminthes tidak memiliki rongga tubuh (selom), jadi mereka disbut hewan aselomata.
Sistem pencernaan pada Platyhelminthes terdiri dari mulut, faring dan usus. Usus tersebar ke seluruh tubuh. Karena Platyhelminthes tidak memiliki anus, maka sistem pencernaan Platyhelminthes disebut juga sistem pencernaan satu lubang.
Platyhelminthes juga tidak memiliki sistem respirasi dan ekskresi. Pernapasan dilakukan secara difusi oleh seluruh sel tubuh Platyhelminthes.
Platyhelminthes tertentu memiliki sistem saraf tangga tali. Sistem saraf tangga tali terdiri dari sepasang simpu saraf (ganglia) dengan sepasang tali saraf yang memanjang dan bercaang melintang seperti tangga.
Organ reproduksi jantan dan betina berada di dalam satu individu Platyhelminthes sehingga disebut hermafrodit.
Reproduksi

Reproduksi Platyhelminthes dilakukan secara seksual dan aseksual. Pada Reproduksi seksual terjadi fertilisasi di dalam tuubuh Platyhelminthes. Fertilisasi dapat dilakukan oleh sendiri atau dua individu.
Sedangkan reproduksi aseksual dilakukan dengan cara faragmentasi. Setelah membelah, bagian potongan tubuh tersebut mengalami regenerasi dan tumbuh menjadi individu baru.
Cara hidup

Platyhelminthes bisa hidup bebas ataupun parasit. Platyhelminthes yang hidup bebas memakan organisme lain. Sedangkan Platyhelminthes parasit hidup pada jaringan inangnya (manusia, siput, babi, sapi, dll).
Klasifikasi

Platyhelminthes dibedakan menjadi tiga kelas, yaitu Turbellaria (cacing berambut getar), Trematoda (cacing isap), dan Cestoda (cacing pita).
Turbellaria (Cacing berambut getar)

Turbellaria adalah platihelminthes yang memiliki silia pada permukaan tubuhnya yang berfungsi sebagai alat gerak. Salah satu contoh turbellaria adalah Dugesia. Bentuk tubuh bagian depan (anterior) Dugesia berbentuk segitiga dan terdapat sepasang bintik mata. Bintik mata itu berfungsi sebagai pembeda keadaan gelap dan terang. Dugesia juga memiliki indera pembau yang disebut aurikel. Aurikel ini di gunakan Dugesia saat mencari makananya. Dugesia merupakan hewan hermafrodit, namun reproduksi seksual Dugesia harus dilakukan dua individu. Zigot yang terbentuk berkembang tanpa melalui fase larva. Sedangkan reproduksi aseksualnya dilakukan dengan cara fragmentasi dan bagian potongan tubuhnya itu akan melakukan regenerasi dengan daya regenerasi yang sangat tinggi sehingga membentuk individu baru.
Trematoda(Cacing isap)

Trematoda disebut cacing isap karena cacing ini memiliki alat pengisap di bagian depan (anterior) tubuhnya. Alat penghisap digunakan untuk menempel pada tubuh inang. Trematoda merupakan hewan parasit, dia mengambil mekanan berupa cairan tubuh atau jaringan inangnya saat ia menempel. Salah satu contoh trematoda adalah Fasciola hepatica. Fasciola hepatica memiliki Daur hidup yang kompleks karena melibatkan setidaknya dua inang. Inang utama dan inang perantara.
Daur hidup cacing hati (Fasciola hepatica)


http://2.bp.blogspot.com/_B93A_GX6Hcg/Sw-GcDm4Q8I/AAAAAAAAAP8/Ecn29tDhHw0/s1600/2.jpg
keterangan:
  1. Reproduksi seksual Fasciola hepatica menghasilkan telur pada hati dan kemudian berpindah ke aliran darah ke empedu dan usus, kemudian keluar bersama tinja.
  2. Telur menetas dan tumbuh menjadi mirasidium bersilia di tempat basah.
  3. Mirasidium menginfeksi inang perantara yaitu Lymnaea atau siput air.
  4. Mirasidium berubah menjadi sporokis di dalam tubuh inang perantara (siput air).
  5. Sporokis berkembang secara aseksual menjadi redia.
  6. Redia bermetamorfosis menjadi serkaria. Serkaria ini keluar dari tubuh siput dan menempel paa turmbuhan atau rumput air.
  7. Serkaria membentuk cacing muda atau metaserkaria.
  8. Metaserkaria termakan oleh hewan dan kemudian menjadi cacing dewasa di dalam organ hati.
Cestoda (Cacing pita)

Cestoda disebut cacing pita karena bentuknya yang pipih panjang seperti pita yang terdiri dari bagian skoleks, leher, dan proglotid. Pada skoleks terdapat alat penghisap dan kait (rostelum). Alat penghisap dan kait digunakan untuk menempel pada tubuh inang. DI bagian belakan skoleks pada bagian leher terbentuk proglotid. Setiap proglotid mengandung organ kelamin janatan dan betina.
Inang utama cacing cestoda dewasa adalah vertebrata termasuk manusia. Cestoda menghisap sari makanan dari usus halus ingangnya. Oleh karena itu cestoda disebut hewan parasit. Taenia saginata adalah cestoda dengan sapi sebagai perantara. Sedangkan Taenia solium adalah cestoda dengan babi sebagai perantaranya.
Filum Platyhelminthes


Platyhelminthes berasal dari bahasa Yunani, Platy = Pipih dan Helminthes = cacing. Oleh sebab itulah Filum platyhelminthes sering disebut Cacing Pipih. Platyhelminthes adalah filum ketiga dari kingdom animalia setelah porifera dan coelenterata. Platyhelminthes adalah hewan triploblastik yang paling sederhana. Cacing ini bisa hidup bebas dan bisa hidup parasit. Yang merugikan adalah platyhelminthes yang hidup dengan cara parasit.

Hewan yang tergolong kedalam filum Platyhelminthes memiliki ujung posterior (ekor), permukaan ventral, dan permukaan dorsal. Cacing ini sebagian besar hidup sebagai parasit dan ada pula yang hidup bebas baik di air tawar maupun di air laut.

Ciri-Ciri Khusus Platyhelminthes

Cacing yang tergolong Platyhelminthes memiliki ciri-ciri yang khusus. Tubuh Platyhelminthes tidak memiliki system rangka, system pernapasan, dan system peredaran darah. Berikut ini dalah cirri-ciri khusus dari Platyhelminthes.

a. Struktur Tubuh Platyhelminthes

Platyhelminthes memiliki ukuran tubuh beragam, dari yang berukuran hampir microskopis hingga yang panjangnya 20 cm. Tubuh Platyhelminthes simetris bilateral dengan bentuk pipih. Diantara hewan simetris bilateral, Platyhelminthes memiliki tubuh yang paling sederhana. Bagian ujung anterior tumpul atau membulat, sedangkan ujung posterior lancip. Tubuh cacing ini tidak memiliki segmen.

Platyhelminthes tidak memiliki rongga tubuh (selom) sehingga disebut hewan triblobastik aselomata. Platyhelminthes memiliki tiga lapisan tubuh yaitu ekstoderm, mesoderm, dan endoderm. Dinding tubuh bagian luar berupa epidermis yang halus, bersilia atau ditutupi kutikula yang licin. Dinding tubuh bagian dalam terdapat otot yang berkembang baik.

b. Sistem Pencernaan

System pencernaan pada cacing Platyhelminthes belum sempurna. Sistem pencernaan terdiri dari mulut, faring, dan usus (tanpa anus). Hewan ini memiliki rongga gastropovaskuler yang merupakan saluran pencernaan yang bercabang- cabang yang berperan sebagai usus.

c. Sistem pernapasan dan sistem eksresi

Pernapasan dilakukan secara difusi oleh seluruh sel tubuhnya. Proses ini terjadi karena tubuhnya yang pipih. Sistem eksresi pada kelompok Platyhelminthes tertentu berfungsi untuk menjaga kadar air dalam tubuh. Kelompok Platyhelminthes tertentu memiliki sistem saraf tangga tali. Sistem saraf tangga tali terdiri dari sepasang simpul saraf (ganglia) dengan sepasang tali saraf yang memanjang dan bercabang-cabang melintang seperti tangga.

d. Sistem saraf

System saraf memilki dua ganglion pada ujung ventral tubuh. Pada ujung ventral tubuh keluar satu pasang saraf longitudinal menuju kebagian tubuh posterior. Diantara pasangan saraf longitudinal dihubungkan oleh sejumlah saraf lateral.

e. Sistem Reproduksi

Organ reproduksi jantan (testis) dan organ betina (Ovarium) pada Platyhelminthes terdapat dalam satu individu sehingga disebut hewan hemafrodit. Alat reproduksi terdapat pada bagian ventral tubuh. Platyhelminthes ada yang hidup bebas maupun parasit. Platyhelminthes yang hidup bebas memakan hewan-hewan dan tumbuhan kecil atau zat organik lainnya seperti sisa organisme. Platyhelminthes parasit hidup pada jaringan atau cairan tubuh inangnya.

Habitat Platyhelminthes yang hidup bebas adalah di air tawar, laut, dan tempat-tempat yang lembap. Platyhelminthes yang parasit hidup di dalam tubuh inangnya (endoparasit) pada siput air, sapi, babi, atau manusia.

Reproduksi Platyhelminthes dilakukan secara seksual dan aseksual. Pada reproduksi seksual akan menghasilkan gamet. Fertilisasi ovum oleh sperma terjadi di dalam tubuh (internal). Fertilisasi dapat dilakukan sendiri ataupun dengan pasangan lain. Reproduksi aseksual tidak dilakukan oleh semua Platyhelminthes. Kelompok Platyhelminthes tertentu dapat melakukan reproduksi aseksual dengan cara membelah diri (fragmentasi), kemudian regenerasi potongan tubuh tersebut menjadi individu baru.

f. Cara hidup

Platyhelminthes bisa hidup bebas ataupun parasit. Platyhelminthes yang hidup bebas memakan organisme lain. Sedangkan Platyhelminthes parasit hidup pada jaringan inangnya (manusia, siput, babi, sapi, dll).

Klasifikasi Platyhelminthes

Jenis Platyhelminthes dikelompokan menjadi tiga kelas, yaitu :
- Turbellaria (cacing rambut getar),
- Trematoda (cacing isap), dan
- Cestoda (caing pita).

A. Kelas Turbellaria

Cacing kelas ini hidup babas dan tidak memiliki alat hisap. Turbellaria memiliki ukuran tubuh bersilia dengan ukuran 15 – 18 mm. Silia digunakan untuk bergerak. Pergerakan juga dapat menggunakan otot dengan gerakan seperti gelombang. Pada kalas ini akan dibahas mengenai ciri salah satu contoh Turbellaria, yaitu Dugesia. Bagian anterior tubuh Dugesia berbentuk segitiga dan memiliki sistem indera berupa sepasang bintik mata serta celah yang disebut aurikel. Bintik mata untuk membedakan keadaan gelap dan terang, sedangkan aurikel berfungsi sebagai indera pembau saat Dugesia mencari makanannya. Permukaan tubuh bagian ventral Dugesia memiliki silia yang berfungsi untuk pergerakan. Pada bagian tengah tubuhnya terdapat mulut. Melalui mulut, faring dapat dijulurkan keluar untuk menangkap mangsa yang selanjutnya dicerna di dalam usus.

Sistem eksresi Dugesia terdiri dari saluran bercabang-cabang yang disebut protonefridia, memanjang dari pori-pori pada permukaan tubuh bagian dorsal sampai ke sel-sel api dalam tubuhnya. Sel- sel api yang berbentuk seperti bola lampu dan memiliki silia di dalamnya. Pergerakan silia berfungsi untuk menggerakkan air dalam sel menyerupai nyala api sehingga sel tersebut dinamakan sel api. Dugesia merupakan hewan hemafrodit, namun reproduksi seksual tidak dapat dilakukan hanya oleh satu individu.Fertilisasi dilakukan secara silang oleh dua individu Dugesia. Zigot yang terbentuk berkembang tanpa melalui proses periode larva. Sedangkan reproduksi aseksual adalah dengan membelah dirinya dan setiap belahan tubuh akan menjadi individu baru yang dikarenakan oleh daya regenerasinya yang sangat tinggi.

B. Kelas Trematoda

Trematoda disebut sebagai cacing isap karena cacing ini memiliki alat pengisap. Alat pengisap terdapat pada mulut di bagian anterior tubuhnya. Kegunaan alat isap adalah untuk menempel pada tubuh inangnya. Pada saat menempel cacing ini mengisap makanan berupa jaringan atau cairan tubuh inangnya. Dengan demikian, Trematoda merupakan hewan parasit. Trematoda dewasa pada umumnya hidup di dalam hati, usus, paru-paru, ginjal, dan pembuluh darah vertebrata. Trematoda berlindung di dalam tubuh inangnya dengan melapisi permukaan tubuhnya dengan kutikula dan permukaan tubuhnya tidak memiliki silia. Salah satu contoh Trematoda adalah cacing hati (Fasciola hepatica). •

Ciri-ciri Fasciola Hepatica

Fasciola Hepatica hidup pada saluran empedu hewan ternak. Tubuh berbentuk seperti daun yang membulat pada ujung depan dan lancip pada ujung belakang. Panjang tubuh sekitar 30 mm. alat hisap depan dikelilingi oleh mulut. Mulut dilengkapi dengan faring dan esophagus. Cacing ini memiliki saluran pencernaan yang hanya memiliki satu lubang sebagai mulut dan sekaligus sebagai anus.

Alat eksresi fasciola hepatica berupa sel api (flame cell). System saraf dilengkapi sepasang ganglion dengan saraf longitudinal dan saraf transversal. Alat reproduksi pada Fasciola Hepatica jantan memiliki sepasang testis dan penis. Testis bercabang-cabang yang terletak di bagian tengah tubuh. Alat reproduksi pada cacing betina adalah ovarium. Ovarium yang bercabang ini memiliki kelenjar kuning telur. Setiap telur yang telah mengalami fertilisasi bercampur dengan kuning telur dan diberi pelindung berupa cangkang.

Telur yang keluar dari tubuh cacing akan melewati saluran empedu yang kemudian sampai di usus halus (intestin). Telur keluar dari tubuh hewan ternak melalui feses. Telur yang berada pada lingkungan yang ideal akan menetas pada waktu 9 hari. Jika suhu dingin, telur dapat bertahan untuk beberapa tahun. •

Siklus hidup Fasciola Hepatica Telur Fasciola Hepatica menetas menjadi larva bersilia yang disebut mirasidium. Mirasidium akan berenang di air tetapi tidak lebih dari 24 jam. Mirasidium ini harus menemukan inang sementara, yaitu siput air tawar (Lymnaea javanica). Jika larva tidak menemukan siput air tawar, mirasidium akan mati. Larva mirasidium menginfeksi siput air tawar disertai menghilangkan silianya. Dalam waktu dua minggu larva mirasidium berkembang menjadi sporokist. Dalam tubuh siput, sporokist secara paedogenesis berkembang menjadi larva lain yaitu disebut redia. Setiap satu sporokist akan menjadi 3-8 redia. Setelah delapan hari, redia berubah menjadi serkaria dengan ekor yang membulat. Serkaria ini akan keluar dari tubuh siput. Larva akan berenang untuk beberapa jam dan menempel pada rumput air. Pada waktu menempel di rumput air, larva serkaria melepaskan ekornya sehingga berubah menjadi metaserkaria. Metaserkaria dapat menempel pada rumput sampai beberapa bulan. Jika rumput dimakan oleh hewan ternak, larva ini kan masuk ke usus halus hewan ternak. Larva ini menembus dinding usus dan bersama aliran darah dapat sampai ke hati hewan ternak untuk beberapa minggu. Setelah dari hati, larva menuju saluran empedu dan menjadi dewasa. Cacing dewasa dalam saluran empedu akan bertelur. Telur tersebut keluar melalui usus.

 -
ØBeberapa jenis cacing hati yang dapat menginfeksi manusia antara lain sebagai berikut :

Opisthorchis sinensis
Ø( Cacing hati cina ) cacing dewasa hidup pada organ hati manusia. Inang perantaranya adalah siput air dan ikan. -

Schistosoma japonicum. Cacing ini hidup di dalam pembuluh darah pad saluran pencernaan manusia. Manusia merupakan inang utamanya, namun hewan juga dapat terinfeksi seperti tikus, anjing, babi, dan sapi. Inang perantaranya adalah siput amphibi
Ø-

Oncomelania hupensis.Cacing ini menyebabkan penyakit skistosomiasis dengan ciri demam, anemia, disentri,
Øberat badan turun, dan pembengkakan hati. -

Paragonimus westermani. Cacing ini hidup dalam paru-paru manusia. Inang perantaranya adalah udang air tawar.

C. Kelas Cestoda

Cestoda juga disebut sebagai cacing pita karena bentuknya pipih panjang seperti pita. Tubuh Cestoda dilapisi kutikula dan terdiri dari bagian anterior yang disebut skoleks, leher (strobilus), dan rangkaian proglotid. Pada skoleks terdapat alat pengisap. Skoleks pada jenis Cestoda tertentu selain memiliki alat pengisap, juga memiliki kait (rostelum) yang berfungsi untuk melekat pada organ tubuh inangnya. Dibelakang skoleks pada bagian leher terbentuk proglotid. Setiap proglotid mengandung organ kelamin jantan (testis) dan organ kelamin betina (ovarium). Tiap proglotid dapat terjadi fertilisasi sendiri. Proglotid yang dibuahi terdapat di bagian posterior tubuh cacing. Proglotid dapat melepaskan diri (strobilasi) dan keluar dari tubuh inang utama bersama dengan tinja. Cestoda bersifat parasit karena menyerap sari makan dari usus halus inangnya. Sari makanan diserap langsung oleh seluruh permukaan tubuhnya karena cacing ini tidak memiliki mulut dan pencernaan (usus) . Manusia dapat terinfeksi Cestoda saat memakan daging hewan yang dimasak tidak sempurna. Inang pernatara Cestoda adalah sapi pada Taenia saginata dan babi pada taenia solium.

Peranan Platyhelminthes bagi Kehidupan Manusia

Pada umumnya Platyhelminthes merugikan, sebab parasit pada manusia maupun hewan. Umumnya, mereka menyebabkan penyakit yang dapat merusak organ dalam di tubuh organisme yang di tumpangi, baik pada hewan, tumbuhan, maupun manusia, kecuali Planaria. Planaria dapat dimanfaatkan untuk makanan ikan.
Mengenal Phylum Platyhelminthes
Filed under: Klasifikasi — gurungeblog @ 3:19 am
Tags: Cestoda (cacing pita), Phylum Platyhelminthes, Trematoda (cacing isap), Turbellaria (cacing rambut getar)
cacing pita
Platyhelminthes (dalam bahasa yunani, platy = pipih, helminthes = cacing) atau cacing pipih adalah kelompok hewan yang struktur tubuhnya sedah lebih maju dibandingkan porifera dan Coelenterata.Tubuh Platyhelminthes memiliki tiga lapisan sel (triploblastik), yaitu ekstoderm, mesoderm, dan endoderm.
Ciri tubuh
Ciri tubuh Platyhelminthes meliputi ukuran, bentuk, struktur, dan fungsi tubuh.
Ukuran dan bentuk tubuh
Platyhelminthes memiliki ukuran tubuh beragam, dari yang berukuran hampir microskopis hingga yang panjangnya 20 cm.Tubuh Platyhelminthes simetris bilateral dengan bentuk pipih.Diantara hewan simetris bilateral, Platyhelminthes memiliki tubuh yang paling sederhana.
Struktur dan fungsi tubuh
Platyhelminthes tidak memiliki rongga tubuh (selom) sehingga disebut hewan aselomata.Sistem pencernaan terdiri dari mulut, faring, dan usus (tanpa anus).Usus bercabang-cabang ke seluruh tubuhnya.Platyhelminthes tidak memiliki sistem peredaran darah (sirkulasi).Platyhelminthes juga tidak memiliki sistem respirasi dan eksresi.Pernapasan dilakukan secara difusi oleh seluruh sel tubuhnya.Proses ini terjadi karena tubuhnya yang pipih.Sistem eksresi pada kelompok Platyhelminthes tertentu berfungsi untuk menjaga kadar air dalam tubuh.Kelompok Platyhelminthes tertentu memiliki sistem saraf tangga tali.Sistem saraf tangga taki terdiri dari sepasang simpul saraf (ganglia) dengan sepasang tali saraf yang memanjang dan bercabang-cabang melintang seperti tangga.Organ reproduksi jantan (testis) dan organ betina (Ovarium)
Platyhelminthes terdapat dalam satu individu sehingga disebut hewan hemafrodit.Alat reproduksi terdapat pada bagian ventral tubuh.
Cara hidup dan habitat
Platyhelminthes ada yang hidup bebas maupun parasit.Platyhelminthes yang hidup bebas memakan hewan-hewan dan tumbuhan kecil atau zat organik lainnya seperti sisa organisme.Platyhelminthes parasit hidup pada jaringan atau cairan tubuh inangnya.Habitat Platyhelminthes yang hidup bebas adalah di air tawar, laut, dan tempat-tempat yang lembap.Platyhelminthes yang parasit hidup di dalam tubuh inangnya (endoparasit) pada siput air, sapi, babi, atau manusia.
Reproduksi
Reproduksi Platyhelminthes dilakukan secara seksual dan aseksual.Pada reproduksi seksual akan menghasilkan gamet.Fertilisasi ovum oleh sperma terjadi di dalam tubuh (internal).Fertilisasi dapat dilakukan sendiri ataupun dengan pasangan lain.Reproduksi aseksual tidak dilakukan oleh semua Platyhelminthes.Kelompok Platyhelminthes tertentu dapat melakukan reproduksi aseksual dengan cara membelah diri (fragmentasi), kemudian regenerasi potongan tubuh tersebut menjadi individu baru.
Klasifikasi
Jenis Platyhelminthes dikelompokan menjadi tiga kelas, yaitu Turbellaria (cacing rambut getar), Trematoda (cacing isap), dan Cestoda (caing pita).
Turbellaria (cacing rambut getar)
platyhelm_turbellaria_dugesia
Turbellaria memiliki ukuran tubuh bersilia dengan ukuran 15 – 18 mm.Silia digunakan untuk bergerak.Pergerakan juga dapat menggunakan otot dengan gerakan seperti gelombang.Pada kalas ini akan dibahas mengenai ciri salah satu contoh Turbellaria, yaitu Dugesia.
Bagian anterior tubuh Dugesia berbentuk segitiga dan memiliki sistem indera berupa sepasang bintik mata serta celah yang disebut aurikel.Bintik mata untuk membedakan keadaan gelap dan terang, sedangkan aurikel berfungsi sebagai indera pembau saat Dugesia mencari makanannya.
Permukaan tubuh bagian ventral Dugesia memiliki silia yang berfungsi untuk pergerakan.Pada bagian tengah tubuhnya terdapat mulut.Melalui mulut, faring dapat dijulurkan keluar untuk menangkap mangsa yang selanjutnya dicerna di dalam usus.
Sistem eksresi Dugesia terdiri dari saluran bercabang-cabang yang disebut protonefridia, memanjang dari pori-pori pada permukaan tubuh bagian dorsal sampai ke sel-sel api dalam tubuhnya.Sel-sel api yang berbentuk seperti bola lampu dan memiliki silia di dalamnya.Pergerakan silia berfungsi untuk menggerakkan air dalam sel menyerupai nyala api sehingga sel tersebut dinamakan sel api.Dugesia merupakan hewan hemafrodit, namun reproduksi seksual tidak dapat dilakukan hanya oleh satu individu.Fertilisasi dilakukan secara silang oleh dua individu Dugesia.Zigot yang terbentuk berkembang tanpa melalui proses periode larva.Sedangkan reproduksi aseksual adalah dengan membelah dirinya dan setiap belahan tubuh akan menjadi individu baru yang dikarenakan oleh daya regenerasinya yang sangat tinggi.
Trematoda (cacing isap)
platyhelm_trematoda_clonorchis
Trematoda disebut sebagai cacing isap karena cacing ini memiliki alat pengisap.Alat pengisap terdapat pada mulut di bagian anterior tubuhnya.kegunaan alat isap adalah untuk menempel pada tubuh inangnya.Pasa saat menempel cacing ini mengisap makanan berupa jaringan atau cairan tubuh inangnya.Dengan demikian, Trematoda merupakan hewan parasit.
Trematoda dewasa pada umumnya hidup di dalam hati, usus, paru-paru, ginjal, dan pembuluh darah vertebrata.Trematoda berlindung di dalam tubuh inangnya dengan melapisi permukaan tubuhnya dengan kutikula dan permukaan tubuhnya tidak memiliki silia.Salah satu contoh Trematoda adalah cacing hati (Fasciola hepatica).Cacing hati memiliki daur hidup yang kompleks karena melibatkan sedikitnya dua jenis inang, yaitu inang utama dan inang sebagai perantara.Daur hidup cacing hati terdiri dari fase seksual dan aseksual.Fase seksual terjadi saat cacing hati dewasa berada di dalam tubuh inang utama.Fase aseksual dengan membelah diri terjadi saat larva berada di dalam tubuh inang perantara.
Beberapa jenis cacing hati yang dapat menginfeksi manusia antara lain sebagai berikut :
- Opisthorchis sinensis ( Cacing hati cina )
cacing dewasa hidup pada organ hati manusia.Inang perantaranya adalah siput air dan ikan.
- Schistosoma japonicum
Cacing ini hidup di dalam pembuluh darah pad saluran pencernaan manusia.Manusia merupakan inang utamanya, namun hewan juga dapat terinfeksi seperti tikus, anjing, babi, dan sapi.Inang perantaranya adalah siput amphibi Oncomelania hupensis.Cacing ini menyebabkan penyakit skistosomiasis dengan ciri demam, anemia, disentri, berat badan turun, dan pembengkakan hati.
- Paragonimus westermani
Cacing ini hidup dalam paru-paru manusia.Inang perantaranya adalah udang air tawar.
Cestoda (cacing pita)
taenia_pisiformis
Cestoda juga disebut sebagai cacing pita karena bentuknya pipih panjang seperti pita.Tubuh Cestoda dilapisi kutikula dan terdiri dari bagian anterior yang disebut skoleks, leher (strobilus), dan rangkaian proglotid.Pada skoleks terdapat alat pengisap.Skoleks pada jenis Cestoda tertentu selain memiliki alat pengisap, juga memiliki kait (rostelum) yang berfungsi untuk melekat pada organ tubuh inangnya.Dibelakang skoleks pada bagian leher terbentuk proglotid.
Setiap proglotid mengandung organ kelamin jantan (testis) dan organ kelamin betina (ovarium).Tiap proglotid dapat terjadi fertilisasi sendiri.Proglotid yang dibuahi terdapat di bagian posterior tubuh cacing.Proglotid dapat melepaskan diri (strobilasi) dan keluar dari tubuh inang utama bersama dengan tinja.
Cestoda bersifat parasit karena menyerap sari makan dari usus halus inangnya.Sari makanan diserap langsung oleh seluruh permukaan tubuhnya karena cacing ini tidak memiliki mulut dan pencernaan (usus).Manusia dapat terinfeksi Cestoda saat memakan daging hewan yang dimasak tidak sempurna.Inang pernatara Cestoda adalah sapi pada Taenia saginata dan babi pada taenia solium.
Filum Platyhelminthes (cacing pipih). Tubuhnya pipih; triploblastik; ada yang bersegmen-segmen, ada yang tidak; simetris bilateral (bila tubuhnya dibelah dua, sisi kiri dan kanan sama); tidak memiliki selom; habitat diperairan, daratan (tanah) atau hidup sebagai parasit. Sistem saraf tangga tali. Sistem saraf ini terdiri dari sepasang ganglia (simpul saraf), dua tali saraf memanjang yang terhubung oleh tali saraf melintang sehingga membentuk seperti tangga tali. Sistem repirasi dan sistem peredaran darahnya tidak punya. Sistem pencernaan dengan mulut, faring, usus, dan tidak punya anus. Respirasi menggunakan permukaan tubuh untuk pertukaran gas. Oksigen dan sari-sari makanan diedarkan keseluruh tubuh dengan cara difusi. Demikian pula dengan pengangkutan CO2 ke permukaan tubuh. Sistem ekskresinya berupa organ sederhana yang disebut protonefridia yang dilengkapi dengan flame cell (sel api). Sel-sel api berentuk seperti bola lampu dengan silia di dalamnya. Silia ini bergerak-gerak seperti gerakan nyala api untuk mengalirkan cairan tubuhnya. Karenanya disebut sel api.
 
Reproduksinya seksual dan aseksual. Pada reproduksi seksual terjadi penyatuan sel sperma dan sel telur (fertilisasi=pembuahan). Sebagian bersifat hermaprodit, yaitu dalam satu tubuh memiliki organ reproduksi jantan (testis) dan betina (ovarium). Namun untuk berkembang biak tetap diperlukan dua individu. Jadi mereka melakukan pembuahan silang (cross fertilisation), bukan pembuahan sendiri (autofertilisation).
 
Reproduksi aseksual dilakukan dengan cara pembelahan tubuh atau fragmentasi. Potongan-potongan tubuhnya itu kemudian mengalami regenerasi menjadi individu baru.
 
Contohnya Planaria sp. (Gambar 9.13). Klasifikasi dibagi menjadi tiga kelas seperti tabel 9.2 berikut ini

http://4.bp.blogspot.com/-ooHkxFHA0TM/Tt4FREbXhII/AAAAAAAAA-M/gcd0Jxc3FWo/s320/Bentuk+tubuh+Planaria+sp.jpg

Filum Platyhelminthes dikelompokan ke dalam tiga kelas, yaitu Turbelaria, Trematoda, dan Cestoda.

Tabel 9.2. Pembagian kelas dari Filum Platyhelminthes
Kelas Turbelaria
Kelas Trematoda
Kelas Cestoda
Tubuh pipih ditutupi silia,
tak bersegmen. Ukuran
15-18 mm, panjang 2-3
cm. Bagian anterior
tumpul dan posterior
tajam, memiliki stigma
(bintik mata).
Sistem pencernaan tidak
sempurna ( tak ada
anus).
Alat reproduksi menyatu
dalam satu tubuh
(hermaprodit).
Reproduksi seksual:
dengan fertilisasi;
Reproduksi aseksual
dengan fragmentasi.
Kemampuan
regenerasinya tinggi.
Habitat: hidup bebas di
air tawar. Tidak bersifat
parasit.
Contoh: Planaria sp.
Bentuk tubuh seperti daun, tidak
bersegmen, tidak bersilia.
Panjang 2-5 cm, lebar ±1 cm.
Memiliki dua alat isap (saker).
Sistem pencernaan tidak sempurna
(tak ada anus). Alat reproduksi
terpisah (bersifat gonokoris), dan
hermaprodit. Hidup sebagi parasit.
Memiliki alat isap untuk melekat pada
inang.
Contohnya:
Clonorchis sinensis (cacing ikan).
Fasciola buski (cacing isap).
Fasciola hepatica (cacing hati).
Paragomphus westermani (cacing
isap, paru-paru).
Schistosoma japonicum (cacing
darah, hidup di pembuluh darah balik
perut).
Siklus hidup F. hepatica:
Ada dua inangnya. Di dalam tubuh
inang utamanya adalah fase seksual;
di inang perantara adalah fase
aseksual.
Telur yang terdapat di dalam feses
ternak menetas menjadi mirasidium
(larva pertama bersilia, hidup
ditempat basah); lalu masuk ke tubuh
siput air (Lymnaea sp) yang menjadi
inang perantaranya; berkembang
menjadi sporokist. Sporokist akan
pecah menghasilkan larva kedua
disebut redia. Lalu redia berkembang
menjadi serkaria. Serkaria keluar dari
tubuh siput, bergerak dan menempel
pada tumbuhan air atau rumput,
membentuk kista disebut
metaserkaria. Metaserkaria yang
termakan ternak akan berubah
menjadi Fasciola dewasa di hati
ternak dan bertelur di organ ini.
Tubuh bersegmen; terdiri
dari kepala (skoleks),
leher (strobila), dan
rangkaian segmen tubuh
(proglotid); ukuran
tubuhnya ±1 mm, tidak
bersilia. Pada skoleks
terdapat alat isap dan
alat kait (rostelum).
Bersifat parasit. Sistem
pencernaan tidak ada
(tidak ada mulut);
makanan diserap dari
usus inag melalui seluruh
permukaan tubuh.
Contohnya:
Taenia saginata (sapi).
Taenia solium (babi)
Siklus hidup Taenia:
Proglotid melepaskan
diri, disebut strobilasi
bersama feses inang.
Proglotid termakan
sapi/babi (inang
perantara), masuk ke
ususnya dan
berkembang menjadi
embrio onkosfer
(hexacanth) dengan
enam alat kait. Onkosfer
menembus dinding usus
menuju pembuluh darah
dan limfa lalu ke otot
lurik. Di otot ini akan
berubah menjadi kista,
yang disebut sistiserkus.
Daging tersebut dimakan
manusia, maka
sistiserkus berkembang
dan hidup kembali
s

READ MORE -

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS